Di tengah arus globalisasi dan disrupsi teknologi yang kian
cepat, pendidikan tetap menjadi fondasi yang tak tergantikan bagi kemajuan
sebuah bangsa. Ia bukan sekadar soal angka kelulusan atau gelar akademik,
melainkan tentang bagaimana sebuah masyarakat membangun peradaban—dengan ilmu,
akhlak, dan tanggung jawab sosial.
Tak heran, jika para pendiri bangsa menempatkan pendidikan
sebagai jalan utama menuju kemerdekaan sejati. Dan hal ini pula yang sejak lama
dipegang teguh oleh Nahdlatul Ulama (NU)—organisasi Islam terbesar di
Indonesia—yang meyakini bahwa pendidikan adalah jalan dakwah, perjuangan, dan
pemberdayaan umat.
Komitmen NU pada Dunia Pendidikan
Baca Juga : TINJAU LAPANGAN
Sejak awal berdirinya, NU tidak hanya berdakwah lewat mimbar
dan majelis taklim, tetapi juga lewat ruang-ruang kelas. NU percaya bahwa umat
yang kuat adalah umat yang terdidik—secara intelektual, spiritual, dan sosial.
Dari semangat itulah lahir Lembaga Pendidikan Ma’arif NU,
yang hingga kini menjadi ujung tombak NU dalam membangun ekosistem pendidikan.
Ribuan madrasah dan sekolah dari tingkat dasar hingga menengah sampai Perguruan
tinggi tersebar di seluruh Indonesia, membawa semangat Islam rahmatan lil
‘alamin dalam dunia pendidikan.
Mengapa Ma’arif NU Penting?
Ma’arif NU bukan sekadar lembaga formal di bawah struktur
organisasi. Ia adalah wajah NU dalam membina generasi muda. Sekolah-sekolah di
bawah Ma’arif tidak hanya mengajarkan matematika dan IPA, tetapi juga
menanamkan nilai-nilai kebangsaan, toleransi, cinta tanah air, dan moderasi
beragama.
Di tengah meningkatnya intoleransi dan polarisasi sosial,
Ma’arif NU menjadi benteng penting untuk menjaga harmoni. Melalui pendekatan
pendidikan berbasis nilai, lembaga ini melahirkan generasi yang tidak hanya
cerdas, tapi juga berakhlak dan terbuka terhadap keberagaman.
Tantangan yang Tidak Ringan
Namun, peran besar itu tentu tidak datang tanpa tantangan.
Banyak satuan pendidikan di bawah Ma’arif NU masih bergulat dengan
keterbatasan. Mulai dari infrastruktur yang belum memadai, kurangnya tenaga
pendidik berkualitas, hingga keterbatasan akses teknologi di era digital.
Belum lagi soal pendanaan yang sebagian besar masih bersifat
swadaya. Tak sedikit sekolah yang bertahan hidup berkat gotong royong
masyarakat sekitar dan dedikasi para guru yang luar biasa, meski dengan gaji
yang jauh dari kata layak.
Di sisi lain, transformasi digital juga menjadi tantangan
besar. Pandemi telah membuka mata bahwa dunia pendidikan tidak bisa lagi
bergantung pada metode lama. Tapi adaptasi ini tak mudah dilakukan jika
perangkat dasar seperti internet dan komputer pun masih jadi barang mewah di
banyak sekolah Ma’arif.
Menatap Masa Depan dengan Optimisme
Meski tantangan itu nyata, semangat warga NU khususnya Warga NU Banyuwangi untuk memajukan
pendidikan tak pernah padam. Ma’arif NU adalah bukti bahwa pendidikan bisa
berjalan dengan nilai-nilai lokal, semangat kebangsaan, dan spirit keislaman
yang inklusif.
Sudah saatnya perhatian lebih besar diberikan untuk
memperkuat lembaga ini. Baik melalui kebijakan negara, kolaborasi masyarakat,
maupun investasi dari dunia usaha. Sebab Ma’arif NU bukan hanya milik NU—ia
adalah bagian penting dari mozaik pendidikan Indonesia.
Karena pada akhirnya, memajukan pendidikan Ma’arif NU bukan
hanya soal mencetak siswa yang cerdas, tapi juga tentang menjaga masa depan
bangsa ini agar tetap berpijak pada nilai, tradisi, dan kearifan lokal yang
telah terbukti mampu menjaga harmoni di tengah keberagaman.
BERITA TERKAIT
